Perbedaan Thriller dan Horror
Ada begitu
banyak genre atau
macam dari film yang bisa kita tonton. Beberapa genre yang familiar misalnya
seperti genre action, sci-fi, komedi, satir, drama, fantasi,
petualangan, horror, thriller dan masih banyak lagi.
Walaupun di
Indonesia masih berkutat pada drama, komedi dan horror. Penyebabnya bisa dibuka
pada Analisa Selera Film Orang Indonesia .
Tetapi ada yang
membuat saya tertarik dari genre-genre tersebut yaitu thriller dan horror. Film thriller
dan horror mungkin sekilas kerap menyerupai satu sama lain dan membuat bingung.
Keduanya juga sama-sama menyajikan ketegangan. Ternyata, jika kita lihat lebih
detil lagi, horror dan thriller memiliki perbedaan mendasar diantara keduanya.
Tema Cerita
Ada satu perbedaan
mendasar antara horror dan thriller, yakni temanya. Tema pada cerita ber-genre
horror biasanya berkisar pada dunia supernatural, misalnya cerita hantu, mitos
atau urban legend.
Lain halnya dengan
thriller. Tema cerita thriller biasanya seputar kehidupan yang lebih realistis,
seperti kasus pembunuhan, dunia kriminal, misteri, mata-mata, atau bahkan teori
konspirasi.
Protagonis dan Antagonis
Semesta film horror
biasanya tidak jauh dari teror hantu, monster, vampir atau entitas lainnya yang
tidak bisa diidentifikasi kejelasan status spesiesnya. Intinya, protagonis
berhadapan dengan antagonis berupa sesuatu yang bukan berwujud manusia atau
manusia jadi-jadian.
Dalam film horror, tidak
ada yang namanya pertarungan antara protagonis dan antagonis. Yang ada cuma
pertemuan di antara keduanya dalam situasi yang menakutkan. Antagonis, yang
biasanya monster atau hantu, terkadang malah sering muncul pada waktu-waktu
tertentu.
Berbeda dengan thriller,
antagonisnya lebih realistis yaitu manusia. Karakter antagonis biasanya
disertai dengan karakterisasi kompleks dari tokoh-tokohnya, seperti gangguan
kejiwaan, psikopat, kepribadian ganda atau sosok yang misterius. Hal tersebut juga
tidak selalu menjadi tujuan utama bahkan terkadang antagonis tidak akan muncul
sama sekali di setiap adegan atau episode tetapi sangat mendukung untuk
membentuk atmosfer menegangkan.
Dalam thriller,
pertarungan antara protagonis dan antagonis sangatlah penting adanya. Biasanya,
peran antagonis dalam film thriller sering muncul sebagai seseorang yang lebih
kuat atau lebih pintar dari protagonis sehingga sangat sulit untuk dikalahkan.
Tujuan Cerita
Genre horror memiliki
tujuan utama yaitu memberikan penonton rasa takut dan merinding karena
ketakutan akan kejadian-kejadian yang disuguhkan dari filmnya.
Sementara genre
thriller mamberikan kita rasa tegang, terpacu adrenalinnya sekaligus bergidik
ngeri karena kejadian atau adegan yang disuguhkan oleh filmnya.
Plot Cerita
Kebanyakan film horror
lebih mudah diprediksi ceritanya. Fokus utamanya berkutat pada masalah mengenai
hantu atau fenomena gaib lainnya dan bagaimana cara menghindari atau bahkan
melenyapkan si hantu atau makluk apalah itu. Hal yang paling ketara adalah di
setiap episode atau adegan, genre horror seringkali memunculkan antagonis yang
membuat para penonton terkejut atau takut.
Plot pada thriller ada
pada pembangunan atmosfer ketegangan yang terletak pada alur cerita. Ceritanya akan
mengedepankan aspek penceritaan bergaya misteri dengan menyebar kepingan puzzle
di sana-sini untuk kemudian disusun oleh penontonnya sambil tetap menjaga
suspense agar tidak mengendur. Satu lagi elemen yang biasanya ada di film
thriller yakni twist yang menyertainya. Umumnya, film ber-genre thriller akan
memberikan reward kepada penontonnya berupa twist ending atau bahkan twist
berlapis.
Teknis pembentukan plot
Tujuan utama dari
film horror yakni menakuti penontonnya. Umumnya jump scare menjadi teknik andalan para sineas film horror untuk
menakuti penontonnya. Misalnya saja dengan hantu yang tiba-tiba muncul
dibelakang protagonis. Selain jump scare,
aspek lainnya yang 'harus' ada di film horror yakni film score yang dominan mengagetkan.
Keduanya harus bersatu-padu untuk menakuti penontonnya.
Untungnya, tidak
semua film horror hanya mengandalkan jump scare dan scoring saja untuk meneror
penontonnya. Ingat, terkadang apa yang tidak terlihat justru jauh lebih menakutkan.
Itulah senjata lainnya yang digunakan para sineas film horror untuk menghadirkan
teror yang lebih intens.
Sedangkan film dengan
genre thriller bertujuan utama untuk membuat penonton merasa tegang dan
adrenalin meningkat. Teknik jump scare biasanya minim digunakan disini, tetapi
lebih menggunakan aspek teknis yang membuat penonton tegang seperti protagonis berpacu dengan waktu, penuh aksi menantang atau antagonis yang berusaha membunuh protagonis secara perlahan. Scoring dalam genre ini juga
lebih dominan ke menegangkan dibanding menakutkan.
Ketegangan yang menyelimuti
alur cerita dengan intensitas yang semakin meningkat seiring semakin jauh
durasi berjalan akan diakhiri dengan konklusi yang mengejutkan. Twist yang
disajikan juga berperan pada hasil akhir filmnya. Penonton akan menilai apakah
film berhasil menyuguhkan tontonan menegangkan dengan twist cerdas atau justru
twist itu pula yang menghancurkan ketegangan yang sudah dibangun sejak awal.
Pesan Film
Genre horror pada
umumnya memiliki cerita yang kurang realistis dibanding thriller. Oleh karena
itu, unsur pesan pada cerita biasanya disajikan tidak begitu mendalam bahkan
ada yang menurut saya untuk sebagian film horror malah nggak ada sedikitpun
pesan moral di dalamnya. Pasalnya, cerita dengan genre horror lebih menekankan
pada ketakutan penontonnya.
Sementara itu, dari
sisi cerita thriller biasanya lebih berat. Selain untuk memberikan rasa tegang
pada penonton, dari segi penceritaan umumnya lebih menekankan kepada pesan
moral, seperti masalah ideologi atau bahkan kesadaran dan keadilan.
Film-film keren dengan genre Horror atau Thriller versi saya
Beberapa film ber-genre
thriller yang sudah saya tonton diantaranya adalah Nightcrawler, Enemy, Gone
Girl, Se7en, The Silence of the Lambs, Taken, Shutter Island, Confessions, The
Butterfly Effects, dll. Indonesia juga punya banyak film yang sudah saya tonton
dan filmnya juga nggak kalah kok. Misalnya saja The Raid, The Raid 2: Berandal,
Midnight Show, Perempuan Tanah Jahanam, Marlina si Pembunun dalam 4 Babak,
Killers, Pesantren Impian dan masih banyak lagi.
Film horror yang minim jump
scare ada ngga? OK, dari film horror yang minim jump scare ada The Witch, It
Comes at Night atau The Babadook. Sisanya bisa dicari informasinya di internet.
Namun, bukan berarti film horror yang hanya mengandalkan jump scare itu buruk.
James Wan bisa dijadikan contoh sutradara yang ahli memainkan jump scare. Film-filmnya
seperti The Conjuring dan sekuelnya hingga Insidious selalu mampu memainkan
tempo penceritaan yang tidak terburu-buru dan dibarengi dengan jump scare
berkelas.
Film horror enggak selalu
menghadirkan adegan yang gitu-gitu saja, ada kok yang dikenal dengan twist-nya
yang melegenda dan mampu memadukan elemen drama, misteri dan thriller ke dalam
satu tontonan menyeramkan. Kesuksesan The Sixth Sense coba diikuti oleh
Alejandro Amenábar melalui sajian berjudul The Others. Atau kalau mau contoh
film yang lebih rumit lagi, mungkin Personal Shopper garapan Olivier Assayas
bisa dijadikan contoh film yang memadukan genre horror, thriller, drama dan
misteri bergaya artsy. Bahkan, genre horror pun bisa dipadukan dengan genre
fiksi ilmiah, seperti 10 Cloverfield Lane, A Quiet Place, The Thing hingga
Alien.
Sebenarnya masih banyak film
dengan genre thriller dan horror yang bagus namun tidak bisa saya sebutkan satu
persatu. Tapi yang pasti film horror tidak seburuk yang digambarkan kebanyakan orang
yang membandingkannya dengan thriller.
Penutup
Gimana? Masih bingung dengan penjelasan saya?
Sederhananya, thriller itu
lebih fokus ke elemen suspense atau ketegangan yang dibangun
dari alur cerita dan teknis penceritaan. Sementara horror, bertujuan
untuk membuat penontonnya ketakutan dan biasanya menggunakan teknik jump
scare dan scoring yang mengagetkan. Gitu aja sih.
Nah menurut kamu mana yang lebih keren?
Author: Mahendrayana.st
Author: Mahendrayana.st
0 comments