Kenapa Adegan Seksual atau Sex Scene Dimasukkan Dalam Film?
Dalam tulisan saya sebelumnya dibahas soal bagaimana adegan seks atau sex scene dalam film itu dibuat. Jika ingin membaca, teman-teman bisa klik link yang ada paling bawah di artikel ini. Tetapi hal yang mungkin kita resahkan muncul. Kenapa adegan seks tersebut harus ditampilkan dalam film? Apa motivasinya? Apa bedanya dengan film bokep?
Film menampilkan cerita kehidupan manusia dalam menjalani kehidupan ya sehari-hari. Cerita ini bisa berupa kejadian nyata maupun imajinasi atau fiksi. Seks adalah bagian dari kehidupan sehari hari alias gak ada bedanya lah dengan bekerja, mandi, berjalan, makan, ke kantor, hangout dan kegiatan manusiawi pada umumnya. Bagian tersebut sangat bisa ditampilkan di dalam film selama adegan itu mendukung jalannya cerita keseluruhan.
Namun kenyataanya berkata lain. Kebanyakan sex scene dan adegan
telanjang tidak ada hubungannya dengan peningkatan kualitas film, tapi lebih ke
bagaimana menarik penonton dengan menambahkan sex scene. Ketika
kita melihat adegan sex yang vulgar di film, coba tanyakan deh pada diri
sendiri, apakah adegan tersebut penting atau relevan kepada tema, plot, dan
kualitas film secara keseluruhan? Emang sih ada yang sangat mendukung, tetapi kebanyakan
jawabannya adalah tidak. Sehingga banyak film yang menampilkan begituan
sebenarnya lebih pantas diklasifikasikan sebagai film bokep.
Engga
cuma film dengan adegan begituan kok, film yang memperlihatkan adegan kekerasan
yang ekstrim bin brutal dan full darah juga 11 12 dengan film yang menampilkan
adegan begituan. Bisakah sutradaranya menampilkan adegan tersebut sedikit lebih
halus tanpa melenceng dari poin yang diinginkan? Jawabannya, amat sangat bisa
dan sangat memungkinkan sekali. Sutradara sangat bisa fokus pada kualitas film
tanpa mengejutkan atau merangsang penonton dengan adegan kekerasan dan soft
porn. Tetapi dalam hal ini
sutradara tidak bergerak sendiri alias ada orang lain yang bahkan “lebih berhak”
menentukan apa yang muncul dalam film karena film itu tidak melulu soal segi
cerita dan sinematografi yang bagus, tetapi juga harus bagus dalam segi bisnis.
BAGAIMANA DENGAN INDONESIA ?
Adegan seks pernah menjadi
andalan film-film Indonesia. Jika dilihat dalam sebuah buku tentang sejarah
perfilman Indonesia yang judulnya "Usmar Ismail Mengupas Film", ada bagian menarik tentang sejarah awal mulanya
perfilman barat masuk ke Indonesia pada jaman Soekarno.
Buku lama sih, tapi kalo mau beli banyak kok tersebar di toped, BL, sopi, OLX dll. harganya sekitar 200rb-an. Btw kalo males cari di online shop saya juga jual 300 aja, hehe. |
Tepatnya pada tahun 1966, Burhanuddin M. Diah (Menteri Penerangan pada saat itu) mengeluarkan kebijakan penting yang membuka peluang film luar untuk masuk ke Indonesia. Tujuannya untuk menghidupkan kembali industri perfilman Indonesia yang sempat lesu serta memberikan hiburan kepada masyarakat. Sejak saat itu film-film Hollywood mulai menjamur di bioskop. Namun film-film yang diimpor saat itu ternyata banyak adegan kekerasan dan adegan seks.
Semenjak
itu, pada 70-an, bumbu-bumbu seks menjadi resep populer pembuatan film. Mulai
dari situ, perfilman Indonesia mulai mengenal istilah baru, yaitu film seks
dan bomb sex (bintang film yang berakting seks di film). Pada 90-an
bumbu seks mulai berani muncul di judul film, beberapa diantaranya adalah Wanita
Dalam Gairah (1994), Bebas Bercinta (1995), dan Gairah Seksual
(1997). Karena itulah, saat itu di Indonesia muncul protes dari berbagai
pihak. Mulai dari professional, pihak-pihak yang memanfaatkan isu untuk
kepentingan pribadi dan golongan, sampai orang yang gak tau tentang film dan
gak pernah nonton film.
Nyatanya film begituan justru jadi favorit. Film-film dengan
unsur seks seringkali meraup penonton yang banyak. Hal itu membuat rumah
produksi semakin berani menggarap film yang menampilkan sex scene. Munculnya
film-film dengan bumbu begituan membuat pemerintah dilema. Bila sensor
diperketat, dunia perfilman akan lesu. Sedangkan jika dilonggarkan,
pemerintah mendapat kritik dari masyarakat. Pemerintah harus memberikan film
yang “berkualitas” untuk masyarakat. Disisi lain penonton harus diberikan yang
mereka suka. Disitulah pemerintah Indonesia berpikir keras soal kebijakan dan
regulasi. Pada akhirnya selalu terbit kebijakan yang dianggap menguntungkan banyak
pihak.
AKHIR
KATA
Menurut saya pribadi, untuk membuat film yang menarik dan bagus
dalam segi bisnis tidak harus menampilkan adengan begitu. Mari kita lihat dulu,
film-film terbaik tidak menggunakan adegan kekerasan yang berlebihan,
menjijikkan, tidak penting dan tidak menambahkan soft porn. Lihat
aja Top Rated Movies
atau Most Popular Movies
di IMDB. Film terbaik belum tentu untung besar? Ya mungkin memang, tapi apakah
film dengan keuntungan tertinggi sepanjang masa menggunakan cara itu? Mungkin
kita bisa cek sendiri di Daftar Film dengan Penghasilan Kotor Tertinggi.
Kalo soal bagaimana sex scene dibuat, klik aja Bagaimana Sex Scene Dalam Film Dibuat
Memang sih gak ada larangan untuk membuat film yang seperti itu. Saya pribadi sih malah kalo memang sangat mendukung plot atau cerita kenapa tidak? Masukkan saja adegan yang memang dibutuhkan dalam film. Tapi kalo bisa dibuat tanpa seperti itu saya rasa malah jauh lebih keren.
Author : Mahendrayana Setiawan Triatmaja
0 comments