Penjelasan Lengkap Series Korea All Of Us Are Dead
Saya pribadi merasa itu adalah prestasi yang sebenarnya perlu ditiru indonesia. Korsel sekarang nggak hanya piawai membuat drama percintaan dan kolosal, bahkan ada lho film yang memenangkan oscar. Masih berlatar korsel, thriller zombi yang dengan setting tak biasa bisa tonton di Netflix dengan judul All of Us Are Dead. Bayangin nih lagi asik-asiknya sekolah, mau nembak gebetan, eh ada zombie. Jangan-jangan dari kita berimajinasi jika suatu saat memang ada wabah yang sehoror zombie. Oke, mari kita bahas
Sinopsis
Drama All of Us Are Dead menceritakan tentang merebaknya suatu virus yg berawal dari SMA Hyosan. Fokus cerita ada pada On-jo dan kawan-kawanya yg berusaha untuk bertahan hidup di tengah wabah virus yg menyerang sekolah atau kotanya.
Seperti beberapa film belakangan ini, film ini tidak jauh dari hal politis yang sering dikemukakan SJW, dimana inti dari pesan utama di film ini adalah soal bullying dan pelecehan. Saya merasa wajar akhir-akhir ini banyak film yang menerapkan formula agenda SJW karena film dengan formula tersebut bisa mudah untuk dipromosikan dengan membuat tranding di twitter dan jelas lebih mudah untuk jadi "film terbaik". Mungkin yang paling mudah adalah dengan meniru kesuksesan game " The Last of Us" yang mendapat predikat Game of The Year karena menerapkan formula SJW dalam hal ini feminisme dan LGBT.
Kejanggalan All of us are dead
Secara overall film ini layak kok untuk ditonton dan memang bagus, namun saya akan memberikan tanggapan mengenai hal-hal yg menurut saya kurang dari drama ini :
Pertama, saya pribadi kurang suka dengan 'alasan virus ini tercipta'. Ya memang film ini salah satu tujuan utamanya adalah hal kecil yang kita lakukan akan berdampak besar pada dunia, misalnya dengan melakukan bullying maka secara tidak langsung kita turut dalam perusakan dunia. Namun tetap saja alasan virus tersebut tercipta tetap kurang masuk akal dan terlalu dipaksakan. Seorang ilmuwan yang 'sakit jiwa', mantan ilmuwan perusahaan farmasi, yang juga sebagai guru sains di SMA Hyosan membuat virus untuk anaknya agar si anak menjadi kuat dan bisa melawan siswa2 yg membullynya, namun gagal diterapkan dan malah berubah jadi zombie. Dia ilmuwan lho, masak tidak tau caranya membuat "obat" yang benar? Saya yakin anak S1 fakultas kedokteran atau farmasi diajarin hal ini di semester 1.
Kedua, apa bedanya sama formula yang diterapkan di hampir semua sinetron Indonesia? Menyisipkan adegan yang menunjukan sangat bodohnya orang-orang di film tersebut yang tujuannya tidak lain tidak bukan membuat jengkel orang yang menonton. Misalnya :
- Ketika mereka dikejar zombie, mereka tidak mengecek kelas-kelas yg kosong untuk sembunyi. Mereka malah terus berlari ke atas. Mungkin karena fokus drama ini adalah keluguan anak SMA ketika sedang dikejar zombie.
- Sudah jelas digigit zombie dan tau kalo yang kayak gitu 100% nggak akan selamat dan hanya jadi beban, tapi kenapa orang-orang sampai rela berbohong kalau dia tidak digigit?
- Ketika ada zombie yang masuk ruang rekaman. Sudah tau kalau PC adalah sesuatu yang paling penting disana malah diambil untuk memukul zombie. Padahal banyak sekali barang yang tinggal mereka pilih selain PC ntuk melakukan itu.
- Adegan receh seperti 'padahal tinggal tutup pintu' sering masuk dalam film. Misalnya ketika mereka memancing zombie biar berkerumun di kelas yang disekat menjadi dua supaya mereka bisa kabur. Coba kalau pas mereka kabur di lorong yg kosong itu pintu kelasnya ditutup dulu, seenggaknya mereka akan punya banyak tambahan waktu sebelum bener-bener lari kenceng.
- Apaan-apaan sama cara mati ayahnya On Jo itu. Adegan 'padahal tinggal tutup pintu' ini juga terjadi di sini dan menjadi hal konyol penyebab matinya ayah On Jo. Salah satu scene yg mengecewakan mana dia udah dateng jauh-jauh, dengan cara kabur dari markas militer, tertembak, renang, diancam, nyolong perbekalan pokoknya sengsara lah. Padahal tinggal pintu lapangannya ditutup, dan mereka lari bareng-bareng tanpa ada yg mati. Saya berharapnya biarpun mati ya yang bener matinya. Padahal kan dia pemadam kebakaran, mantan perwira militer tapi cara berpikirnya seperti itu. Ok karena dia tergigit duluan, tapi saya rasa bisa dibikin jauh lebih baik cara matinya.
- On Jo yang udah tahu bapaknya sengsara sampai mengorbankan nyawa biar dia hidup, malah pasrah digigit mbak ketua kelas. Ya meski ada plot armor dimana si ketua kelas bisa mengendalikan diri, tapi apa nggak kasian sama usaha bapaknya demi dia hidup?
Dan masih banyak adegan bodohnya, capek kalo nulis satu-satu. Saya yakin yang udah nonton sampai selesai pasti udah tau semua.
Ketiga, banyak sekali adegan yang terbuang sia-sia misalnya adegan perpisahan On-jo dan I-sak. Bagaimana tidak, adegan yg seharusnya membuat penonton sedih hingga mengurai air mata malah terkesan biasa saja. Pengembangan emosi antara karakter On-jo dan I-sak belum banyak ditampilkan, sehingga adegan yang seharusnya emosional menjadi sia-sia. Seharusnya adegan ini bisa ditampilkan nanti saja di pertengahan episode.
Keempat, banyaknya tokoh-tokoh dan plot cerita yang menjadi kurang penting dan alurnya yang amat sangat lambat. Salah satu yg paling mencolok adalah gadis yg melahirkan di toilet itu. Sama sekali nggak nyambung sama plot. Begitu pula dengan kemunculan emak Cheong San sebagai zombie cuma memberikan secuil perkembangan karakter kepada Cheong San. Begitu pula sama cerita dari tentara jalur wamil yang akhirnya jadi zombie, atau kisah sedih jenderal yang akhirnya bunuh diri. Seharusnya dengan menghilangkan plot kurang penting dan mempercepat alur, sinetron ini bisa selesai hanya dalam 6-9 episode.
Kelima, walau inti dari tujuan pesan SJW-nya ada pada Eun-ji dan Gwi-nam, sangat disayangkan kedua karakter ini tidak dipertemukan. Padahal, dengan tujuan menyampaikan pesan soal bullying, orang akan berharap Eunji bisa membalas dendam terhadap Gwi-nam yg telah membully dia. Karena baik dia maupun Gwi-nam sama-sama memiliki kekuatan yang diharapkan dari virus tersebut. Tapi sampai episode akhir tidak ada adegan duel antara keduanya. Walau menurut saya pribadi tidak perlu, tapi bisa lah kalo dijadikan sebagai service untuk penonton daripada karakter Eun Ji yang dibuild menjadi badass cuma berakhir jadi bahan penelitian.
Keenam, terlalu banyak plot armor. Misalnya karakter Cheong San dan Su Hyeok yang disukai On-Jo seperti punya superpower. Jadi ketika dia lagi bertarung dengan zombie ya penonton akan beranggapan "halah paling engga mati". Plot armor Gwi Nam juga lumayan menjijikan, bukan secara literally ya, tapi semacam sinetron ini mau all out dalam mewujudkan kalimat "orang jahat matinya terakhir."
Kedelapan, kita masuk ke teknis.
- Efek suara. Kerasa nggak? Beberapa kali efek suaranya terdengar berlebihan dan sangat tidak natural. Misal suara tulang-tulang dari zombienya, dan yang paling saya ingat sewaktu Cheong San mencabut name tag di pakaiannya, suaranya kayak lagi ngeremes plastik secara brutal. Mungkin teknik foley nya harus diperhatikan agar kesannya tidak berlebihan. Tau foley kan?
- CGI nya belum mulus. Nggak perlu banyak komen soal ini ya, keliatan jelas dari si bayi, pemandangan kota yang terbakar, roket dan masih banyak lagi. Terasa seperti awal kemunculan CGI di film-film Hollywood.
- Pengambilan gambarnya kurang luas. Yang saya ingat saat Cheong San dan Su Hyeok memanjat tembok luar, itu sama sekali nggak ada shoot yg merekam dari sudut pandang mereka di ketinggian. Jadi terasa kurang greget, serasa mereka tidak benar-benar di tempat tinggi. Di scene ini, akting keduanya juga memperparah keadaan. Penonton yang tidak paham film pun jadi yakin sekali entah di bawahnya ada bantalan atau itu set studio yang tidak dada tinggi-tingginya sama sekali. Rasa ngerinya nggak dapet.
Kesembilan. bisa kita ketahui bahwa wabah virus ini fatality ratenya bisa sampai 100%. Digigit zombie? Ya tinggal tunggu 10 menit secara medis tubuh yang digigit sudah mati, walaupun masih bergerak-gerak. Tapi entah kenapa virus yang dikategorikan sebagai epidemi tersebut seolah tidak menyita perhatian dunia, bahkan negara pun tidak terlalu. Yang diperlihatkan adalah perubahan status Hyosan menjadi darurat militer. Berdasarkan fatality rate yang sampai 100% tuh harusnya dunia bakal berhati-hati dan wajib berspekulasi bahwa virus ini ada di setiap negara karena cara penularan yang tidak diketahui. Konsep zombie di virus ini ditularkan melalui gigitan. Tapi ada juga yang ditularkan melalui luka yang sedang terbuka, misalnya dalam adegan Su Hyeok menularkan virus melalui darah yang nempel di kayu-kayu. Tapi yang aneh kan masalah luka para survival ini dimana-mana, darah berceceran dimana-mana sampai beberapa muncrat-muncrat tapi kok aneh nggak ada yang terinfeksi dari sana. Banyak kan adegan lagi rebahan ditimpa zombie terus darahnya netes-netes. Masuk ke mata, kena mulut tapi tetep ngga kenapa-kenapa. Ditambah dengan adegan diguyur air hujan, malah mangap sambil minum air hujannya. Ada darah lho itu.
Kesepuluh. Banyak continuity di film ini yang terlewat. Misalnya saja hal-hal kecil yang mungkin kurang diperhatikan tapi sangat membuat penoton merasa aneh. Salah satu contoh saja, sepatu On-Jo yang terlihat sangat bersih seperti baru padahal berapa kali melewati zombie, kena darah, kesiram hujan, lewat lumpur, tanah lapangan, hutan, material bangunan dan sebagainya. Tapi sepatunya kinclong. Walaupun sepele ya, sebagai film standar internasional sudah seharusnya hal-hal yang seperti ini diperhatikan. Bahkan misalnya sepatunya jebot dan tidak bisa dipakai lagi ya dibuat lah sepatu yang mirip dengan keadaan sebelum jebot.
Kesebelas. Awalnya saya berpikir, ada nggak sih yang kebal dari virus ini? Dan setelah nonton film dari awal sampai akhir ternyata tidak ada. Tapi ketika diperhatikan, dalam film ini ada 2 tipe zombie yaitu:
- Zombie yang punya kekuatan diatas rata-rata manusia dan masih punya kesadaran. Sepertinya sih kalo lama nggak makan alias kelaparan, insting zombienya bisa mendominasi. Mungkin ini yang diharapkan pak guru biologi biar anaknya jadi kuat.
- Zombie pada umumnya, nggak punya kesadaran, nggak bisa mikir, instingnya hanya makan manusia normal.
Dari sini saya jadi teringat apakah jenis zombie ini terinspirasi dari serial Resident Evil soal jenis tumbuhan yang membuat orang jadi zombie? Bagi penikmat resident evil pasti tahu ada namanya plague atau plaga yang jenisnya ada dominan dan budak. Plaga dominan bikin yang terinfeksi jadi sangat kuat dan dan berakal tinggi sedangkan plaga budak ya jadi zombie biasa yang kecerdasannya rendah. Ada pula virus uroboros yang mana konsepnya juga sama, dimana virus ini menggunakan konsep seleksi alam yaitu yang cocok akan bertambah kuat dan yang tidak cocok jadi zombie.
Yang Bikin Film Ini Keren
Analisa
Apakah ada seri 2?
Tinjauan dari segi bisnis
Tinjauan dari segi cerita
Dari kedua hal diatas, tentu cerita ini harus dijelaskan dengan adanya season kedua.
Rate
Akhir kata,,,,
cukuplah ya 6.9/10
Kalau kita mencari hiburan dengan nonton film seri yang tidak perlu mikir, tidak ngagetin tapi tegang terus, maka film ini cocok buat anda.
Author: @Mahendrayana.st
0 comments