Iklan Bohongan, Agency, dan Brand
Ya, walaupun berkutat di bidang periklanan, baik kita ataupun perusahaan tetap harus mengiklankan dirinya sebagai pihak yang memberikan jasa di bidang periklanan. Salah satunya adalah membuat projek iklan fiktif atau iklan bohongan. Dan jika terpikir strategi seperti ini, selamat, karena cara seperti ini juga juga dilakukan oleh sebagian besar pegiat dunia periklanan.
Iklan Konvensional
Kita mulai dulu pada pembahasan ini. Pada proses pembuatan iklan pada umumnya, agency berfungsi memberikan solusi komunikasi melalui ide-ide kreatif untuk membantu sebuah brand. Biasanya klien datang ke agency dengan permasalahan brand lalu pihak agency dengan segala departemen didalamnya akan membantu merumuskan stratregi komunikasi untuk menjawab brief tersebut. Output dari proses ini adalah iklan-iklan yang bisa kita lihat di berbagai media. Kita akan sebut iklan konvensional ini sebagai ‘iklan beneran’ ke depannya.
Iklan beneran yang kita lihat sehari-hari adalah hasil dari ide komunikasi yang di proposed agency dan disetujui klien dengan berbagai pertimbangan tujuan komunikasi yang ingin dicapai.
Ciri yang paling umum dari ‘iklan beneran’ antara lain adalah :
Visual produk yang dominan
USP (unique selling point) dan benefit produk yang banyak
Logo yang besar
Iklan Bohongan
Tentu berbeda dengan iklan konvensional, iklan fiktif atau kedepannya kita sebut ‘iklan bohongan’ tentu saja pada dasarnya adalah karya seni dan masih diperdebatkan apakah ini termasuk iklan atau bukan. Dikarenakan iklan ini kurang memenuhi kaidah-kaidah dari iklan beneran, tentu saja karena tidak ada brief khusus dari klien, tidak ada problem komunikasi yang harus diselesaikan melalui iklan dan tidak harus sesuai dengan brand campaign yang sedang berjalan.
Berbeda dengan proses bisnis dari iklan konvensional dimana klien yang datang dan agency membantu permasalahanya. Iklan bohongan biasanya bermula dari inisiatif dari agency ya karena ini memang untuk tujuan dan kepentingan agency. Proses brainstorming untuk iklan bohongan biasanya lebih seru, menarik, dan bisa bebas ngide se-liar apapun karena tidak ada brief khusus dari klien. Output dari proses ini tentu saja sebuah ‘karya seni’ dengan adanya unsur produk/brand didalamnya.
Bahkan jika tim agency memiliki ide keren tetapi tidak memegang brandnya (karena memang sebagian besar tidak memegang brandnya) tapi memang idenya bagus, tidak akan memalukan jika menjadi portofolio, segalanya bisa diusahakan agar brand tersebut menjadi klien dari agency tersebut. Bukan klien yang datang ke agency tetapi agency yang datang ke brand dan meminta produknya dijadikan materi untuk membuat iklan bohongan. Peran klien dalam hal ini adalah approval saja sebagai tanda bahwa dia menyetujui brand dan produknya dibuat materi untuk iklan. Klien juga tidak akan protes dan mengintervensi proses kreatif dari iklan tersebut.
Oleh karenanya, dalam mencari klien fiktif yang produknya dapat dijadikan sebagai iklan bohongan kebanyakan adalah perusahaan yang kecil, receh, tidak terkenal, tidak paham tentang hukum atau dunia periklanan. Mereka akan dengan penuh perasaan senang ada perusahaan yang secara sukarela mengiklankan produk mereka secara gratis. Tetapi tidak hanya perusahaan kecil saja, banyak perusahaan besar yang juga rela produknya dijadikan bahan iklan. Tentu saja karena adanya simbiosis mutualisme diantara kedua belah pihak.
Perbedaan Iklan Asli dan Iklan Bohongan
Iklan beneran biasanya bertentangan dengan aspirasi tim kreatif yang ingin membuat materi iklan yang ‘kreatif’ dengan art direction layaknya karya seni yang sesuai dengan standar keren mereka. Kebanyakan isi dari lubuk hati yang paling dalam dari tim kreatif adalah “ya jangan jualan banget lah ya”. Kebanyakan tim kreatif memiliki keinginan dalam membuat iklan dengan kriteria:
- Visual yang sangat sederhana
- Ide yang sangat kuat
- Logo brand kecil
Elemen Iklan Beneran
Jika kita breakdown, Iklan beneran pada umumnya memiliki elemen:
Headline yang eye catching
Visual produk yang jelas
Body copy yang informatif dan menjual
Branding yang kuat
Ditujukan untuk target audience dan calon konsumen
Elemen iklan bohongan
Pada iklan bohongan yang mana jika kita telaah lebih dalam pasti memiliki elemen :
Big idea berbasis produk/brand
Buang USP produk
Artwork yang simple
Artistik
Minimize branding
Ditujukan untuk portfolio atau juri acara award show
Dari sinilah pertentangan terjadi. Klien ingin komunikasi yang efektif dan secara terang benderang menunjukan jika mereka berjualan. Agency dalam hal ini tim kreatif ingin membuat iklan yang keren (menurut standar mereka). Kedua kepentingan ini hampir tidak mungkin bisa disatukan. Walaupun begitu, tetap saja ada sebagian klien yang mindsetnya out of the box atau memasrahkan segala hal tentang komunikasi produk mereka ke agency. Tapi kejadian seperti ini memang cukup langka terjadi. Tapi bagaimanapun, jika ada iklan yang menerapkan ketiga ciri ‘iklan beneran’ tersebut adalah sangan wajar mengingat tujuan iklan pada dasarnya adalah mengakomodir dari kepentingan brand yaitu komunikasi produk alias jualan.
Solusi menjembatani agency dan brand
Solusi dari pertentangan tersebut tentu saja dengan adanya Advertising Award Show dimana kita bisa melihat iklan-iklan keren dengan ide yang mindblowing, eksekusi direction art tingkat tinggi, yang iklan-iklan ini hampir tidak pernah kita lihat di berbagai media. Bagi yang pernah melihat iklan ini tentu saja beruntung karena biasanya tampil di media hanya sekali saja sebagai syarat untuk bisa mengikuti Ads Award ini.
Award Show ini cukup untuk memuaskan ego kreatif dari Agency khususnya Tim Kreatifnya. Sebagai perusahaan yang menjual ide, perusahaanya harus mampu membuktikan dapat membuat iklan-iklan yang se-kreatif mungkin. Seringkali ini terbentur dengan keinginan klien yang tujuanya komunikasi untuk jualan. Sedangkan iklan jualan tidak akan bisa memenuhi standar kreatif yang maksimal. Award Show dari tingkat lokal hingga internasional ini membuat para agency bisa berkompetisi dimana karya-karya mereka akan dinilai oleh juri dan diberikan penghargaan.
Apakah etis membuat iklan bohongan?
Sebelum beranjak kesana, mari kita analisa efek dari membuat iklan bohongan dan adanya Award Show khususnya untuk agency, klien dan audiens.
Manfaat untuk agency
Tentu saja agency akan dikenal sebagai perusahaan yang mampu membuat iklan dengan ide-ide yang kreatif. Dari segi tim kreatif pun ego kreatif akan terpenuhi, adanya kepuasan berkarya karena tidak adanya campur tangan dari klien (karena mengerjakan iklan beneran lebih sulit karena harus menjual ide, meyakinkan klien, berdiskusi, argumen, bahkan berdebat). Pada akhirnya, prestasi ini dapat digunakan untuk menjadi portofolio untuk jualan dan memperbanyak klien lagi. Jika iklan bisa memenangkan award, tentu saja akan memberikan nilai tambah portfolio, bisa meningkatkan bargaining dan harga tinggi.
Manfaat untuk klien
Buat klien, biasanya iklan bohongan adalah no cost advertising karena biasanya segala biaya akan ditanggung oleh agency. Bahkan ada beberapa kasus agency yang membayar klien agar bersedia dijadikan klien fiktif dan produknya digunakan sebagai bahan iklan. Bagaimanapun, klien akan terbantu karena produknya dapat dikenal karena pernah diiklankan secara sangat proper oleh perusahaan periklanan bergengsi.
Manfaat untuk audiens
Dari sini audiens tentu saja tidak hanya mendapatkan informasi yang tersurat dari produk saja, namun juga informasi yang tersirat. Iklan bohongan biasanya tidak membosankan seperti kebanyakan iklan ketika kita membuka youtube yang ingin selalu kita skip. Iklan bohongan juga dapat memberikan sebuah tantangan kepada audiens karena info yang diberikan tidak straight tetapi perlu berpikir cukup keras untuk mendapat informasi dari iklan tersebut. Audiens tidak hanya mendapatkan informasi tentang produk tetapi juga hiburan.
Studi Kasus iklan bohongan dan iklan asli
Oke agar semakin terbayangkan, mari kita ambil studi kasus dari salah satu brand yang ikutan di Citra Pariwara 2022. Citra Pariwara ini salah satu “iklan award” yang terkenal di Indonesia dan diikuti brand-brand maupun agency besar loh.
Beberapa waktu lalu sempat viral di twitter mengenai “Indomilk Banana”. Pasalnya, akun twitter resmi Indomilk memposting spoiler tangan seseorang yang memegang susu indomilk banana. Bagi Kpop-ers, banana milk itu image korea banget sehingga mereka curiga bahwa yang memegang susu adalah idola mereka. Tentu saja penjualan bisa meningkat drastis dong, bahkan dari komentar-komentar di twitter mereka janji akan memborong indomilk kalau Brand Ambassadornya si artis kPop.
Beberapa waktu kemudian, Brand ini mengeluarkan iklan resmi Indomilk banananya dengan foto artis korea yang disukai kpop-ers Indonesia.
Siapa dia? Tapi yang akan kita bahas adalah bentuk iklannya hehhee. Jika kita lihat, unsur kreativitas pada kemasan tersebut sangat minim. Bisa dibilang bahkan sangat hardselling dengan menarget fans garis keras kpop. Mari kita bandingkan iklan yang dikirimkan untuk Citra Pariwara berikut ini.
Dari pemilihan warna saja sudah sangat memanjakan mata, warnanya tone kpop atau kdrama banget kan? Tanpa menampilkan sosok, kita sudah tahu bahwa ini adalah representasi susu para artis Korea yang Korea bangetlah. Ide yang sangat out of the box dari segala sisi.
Tapi, kalau kita berganti memakai kacamata pembeli pasti nggak akan tertarik dengan iklan ke-2. “Ini apaan si maksudnya?” mikir dulu. Bnadingkan dengan iklan resminya yang TO THE POINT “HEI,,,INI SUSU IDOLA KALIAN LOHH,,,BUKTIKAN SOLIDARITASMU DENGAN MEMBELI” kira-kira gitu kalau bersuara.
Kesimpulan
Brand dan agency memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Agency membantu brand untuk meningkatkan brand awareness dan mempromosikan brand melalui berbagai media, seperti iklan, media sosial, dan lainnya. Brand menyediakan alat dan sumber daya untuk membantu agency dalam mencapai tujuan mereka. Kreativitas sangat penting dalam membuat iklan dan brand. Kreativitas memungkinkan kita untuk menciptakan sesuatu yang unik dan berbeda dari yang lain. Iklan award, iklan bohongan adalah sarana yang menjembatani agency sebagai mata air kreativitas dengan brand. Bagi agency baru yang masih minim portofolio, iklan bohongan ini merupakan jalan yang menantang untuk dieksekusi. Tapi bagi brand besar dengan klien yang sudah bejibun, membuat iklan bohongan atau mengikuti iklan award barangkali hanya sebagai cara memenuhi ego dan iseng-iseng saja.
0 comments